Friedrich Engels
Friedrich
Engels (lahir di Barmen, Wuppertal, Jerman, 28 November 1820 – meninggal di
London, 5 Agustus 1895 pada umur 74 tahun) adalah anak sulung dari industrialis
tekstil yang berhasil, sewaktu ia dikirim ke Inggris untuk memimpin pabrik
tekstil milik keluarganya yang berada di Manchester, ia melihat kemiskinan yang
terjadi kemudian menulis dan dipublikasikan dengan judul Kondisi dari kelas
pekerja di Inggris (Condition of the Working Classes in England) (1844) Pada
tahun 1844 Engels mulai ikut berkontribusi dalam jurnal radikal yang yang
ditulis oleh Karl Marx di Paris. kolaborasi tulisan Engels dan Marx yang pertama
adalah The Holy Family. Mereka berdua sering disebut "Bapak Pendiri
Komunisme", di mana beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme sudah
kelihatan. Bersama Karl Marx ia menulis Manifesto Partai Komunis (1848).
Setelah Karl Marx meninggal, ialah yang menerbitkan jilid-jilid lanjutan
bukunya yang terpenting Das Kapital. [1]
Ketika Marx
meninggalkan Prancis, ia berpindah ke Brussel. Disitu Marx dan Engels lebih
intensif mengarahkan perhatian kepada politik internasional. Mereka menjadi
anggota “Perhimpunan Komunis” dan atas permintaan organisasi ini mereka
menuyusun Manifesto Komunis” (1848), suatu pernyataan dari pihak komunis pada
ketika suasana revolusioner dirasakan di banyak tempat di Eropa. Waktu revolsi
Jerman pada tahun 1848 Marx dan Engels pulang ke Jerman dan di sana mereka
menerbitkan sebuah harian. Tetapi revolusi itu gagal, Marx kembali lagi ke
Paris dan akhirnya menetap di London. Di situ pada tahun 1867 diterbitkan jilid
pertama suatu buku yang berjudul Das Kapital yang harus dianggap sebagai
karangan Marx yang terpenting. Karena pekerjaan organisatorisnya dalam gerakan
komunis dan karena kesehatannya semakin terganggu, Marx sendiri tidak sanggup untuk
menyelesaikan buku ini. Sesudah Marx meniggal, Engels menerbitkan jilid kedua
dan ketiga, masing-masing pada tahun 1885 dan 1894.
Tidak jarang
pemikiran Marx ditunjukkan dengan nama-nama “materialisme dialektis” dan “materialisme
historis”. Marx sendiri tidak pernah menggunakan nama-nama tersebut. “Materialisme historis” untuk pertama kalinya
dipakai oleh Engels, ketika Marx sudah meninggal. Dan nama “materialisme dialektis”
dikemukakan pada tahun 1891 oleh pemikir Rusia yang bernama G. Plekhanov.
a. Materialisme
dialektis
Seperti semua Hegelian berhaluan kiri, Marx
pun sangat mengagumi metode dialektika yang diintroduksikan Hegel ke dalam
filsafat. Tetapi dialektika Hegel katanya berjalan pada kepalanya dan ia mau
meletakkannya di atas kakinya. Maksudnya ialah bahwa pada Hegel dialektika
adalah dealiktika ide dan ia mau menjadikannya dialektika materi. Untuk Hegel
dan idealisme pada umumnya, alam merupakan buah hasil Roh, tetapi Marx dan
Engels segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan buah hasil materi dan
tidak sebaliknya. Dengan demikian Marx dan Engels memihak pada usaha Feurbach
untuk mengganti idealisme dengan materialisme.
Dengan menganut suatu materialisme
yang bersifat dialektis, Marx dan Engels menolak materialisme abad ke-18 dan
juga materialisme ilmiah dari abad ke- 19 yang kedua-duanya bersifat
mekanistis. Meurut materialisme abad ke- 18 tidak ada perbedaan prinsipiil
antara sebuah mesin dan satu makhluk hidup (termasuk manusia). Hanya dalam hal
terakhir ini mekanisme adalah lebih pelik. Salah satu prinsip materialisme dialektis
ialah bahwa perubahan dalam hal kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam hal
kualitas. Itu berarti bahwa suatu kejadian pada taraf kuantitatif (misalnya
pengintegrasian lebih rapat dari bagian-bagian materi) dapat menghasilkan
sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi
mati dan kesadaran manusiawo berasal dari kehidupan organis.
b. Materialisme
historis
Dengan suatu nama lain filsafat Marx dan
Engels ditunjukkan pula sebagai “materialisme historis”. Dalam nama ini pun
tampaklah pengaruh Hegel atas Marx dan Engels, sebab peranan sejarah dalam
pemikiran mereka pasti diwarisi dari Hegel. Bukan saja kehidupan dan kesadaran
manusia, melainkan juga seluruh sejarah manusia harus diartikan dengan cara
materailistik. Seperti materialisme dialektis terutama dikerjakan oleh Engels, materialisme
historis ini terutama dirancang oleh Marx sendiri.
Disini pikiran dasar ialah bahwa arah yang
ditempuh sejarah sama sekali ditentukan atau didetermunasi oleh perkembangan
sarana-sarana produksi yang materiil. Jika sebagai suatu contoh kita memilih
pengolahan tanah, maka perkembangan sarana-sarana produksi adalah umpamanya:
tugal, pacul, bajak, mesin. Biarpun sarana-sarana produksi sendiri merupakan
buah hasil pekerjaan manusia. Menurut pendapat Marx, manusia memang mengadakan
sejarahnya, tetapi ia tidak bebas dalam mengadakan sejarahnya. Sebagaimana juga
materi sendiri, sejarah dan dideterminasi secara dialektis bukan secara mekanistis.
[2]
Dalam buku
Pemikiran Politik Barat karya Ahmad Suhelmi teori perjuangan kelas Marx seperti
yang ditulis mereka dalam beberapa karyanya. Diantaranya, The Manifesto of
the Communist Party dan The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte.
Manifesto of the Communist Party
Konsep perjuangan
kelas Marx dapat dengan mudah ditelusuri dalam karyanya, ditulis bersama
Engels, The Manifesto of the Communist Party (Manifesto Partai Komunis)
dicetak Februari 1848. Mungkin, karya ini akan lebih tepat disebut pamphlet politik
daripada buku ilmiah. Untuk waktu yang cukup lama, tulisan Marx dan Engels ini
memperoleh popularitas luar biasa sejak pertama kali diterbitkan. Bagi kaum
Marxis fanitik, tulisan ini telah menjadi ‘kitab suci’ disamping karya Marx
yang lain, The Capital.
Pemikiran perjuangan
kelas dikemukakan Marx dan Engels pada halaman pertama buku itu. Rumusan sederhana:
“Sejarah
dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan
kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan, dan pelayan,
kepala serikat serikat dan para tukang, dengan kata lain, penekan dan yang
ditekan, berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lainnya, dan
berlangsung tanpa terputus”.
Dari
kalimat-kalimat itu tersirat beberapa pemikiran penting Marx dan engels. Pertama,
bahwa gagasan sentral dan yang ada di balik penyataan itu adalah fakta bahwa
sejarah umat manusia diwarnai oleh perjuangan atau pertarungan di antara
kelompok-kelompok manusia. Dan, dalam bentuknya yang transparan, perjuangan itu
berbentuk perjuangan kelas. Perjuangan kelas ini menurut Marx bersifat permanen
dan merupakan bagian inheren dalam kehidupan sosial. Perjuangan itu telah terjadi sejak awal munculnya kelas-kelas
sosial dalam masyarakat kuno.
Kedua,
pernyataan itu juga mengandung proposisi bahwa dalam sejarah perkembangan
masyarakat selalu terdapat polarisasi. Suatu kelas hanya ada dalam posisi
bertentangan itu tidak lain adalah kelas penindas dan kelas tertindas. Marx berpendapat
bahwa dalam proses perkembangannya masyarakat akan mengalami perpecahan dan
kemudian terbentuk dua blok kelas yang saling bertarung, kelas berjuasi
kapitalis dan kelas ploretariat.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar