Jumat, 21 Juni 2013

Friedrich Engels








Friedrich Engels (lahir di Barmen, Wuppertal, Jerman, 28 November 1820 – meninggal di London, 5 Agustus 1895 pada umur 74 tahun) adalah anak sulung dari industrialis tekstil yang berhasil, sewaktu ia dikirim ke Inggris untuk memimpin pabrik tekstil milik keluarganya yang berada di Manchester, ia melihat kemiskinan yang terjadi kemudian menulis dan dipublikasikan dengan judul Kondisi dari kelas pekerja di Inggris (Condition of the Working Classes in England) (1844) Pada tahun 1844 Engels mulai ikut berkontribusi dalam jurnal radikal yang yang ditulis oleh Karl Marx di Paris. kolaborasi tulisan Engels dan Marx yang pertama adalah The Holy Family. Mereka berdua sering disebut "Bapak Pendiri Komunisme", di mana beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme sudah kelihatan. Bersama Karl Marx ia menulis Manifesto Partai Komunis (1848). Setelah Karl Marx meninggal, ialah yang menerbitkan jilid-jilid lanjutan bukunya yang terpenting Das Kapital. [1]
Ketika Marx meninggalkan Prancis, ia berpindah ke Brussel. Disitu Marx dan Engels lebih intensif mengarahkan perhatian kepada politik internasional. Mereka menjadi anggota “Perhimpunan Komunis” dan atas permintaan organisasi ini mereka menuyusun Manifesto Komunis” (1848), suatu pernyataan dari pihak komunis pada ketika suasana revolusioner dirasakan di banyak tempat di Eropa. Waktu revolsi Jerman pada tahun 1848 Marx dan Engels pulang ke Jerman dan di sana mereka menerbitkan sebuah harian. Tetapi revolusi itu gagal, Marx kembali lagi ke Paris dan akhirnya menetap di London. Di situ pada tahun 1867 diterbitkan jilid pertama suatu buku yang berjudul Das Kapital yang harus dianggap sebagai karangan Marx yang terpenting. Karena pekerjaan organisatorisnya dalam gerakan komunis dan karena kesehatannya semakin terganggu, Marx sendiri tidak sanggup untuk menyelesaikan buku ini. Sesudah Marx meniggal, Engels menerbitkan jilid kedua dan ketiga, masing-masing pada tahun 1885 dan 1894.
Tidak jarang pemikiran Marx ditunjukkan dengan nama-nama “materialisme dialektis” dan “materialisme historis”. Marx sendiri tidak pernah menggunakan nama-nama tersebut.  “Materialisme historis” untuk pertama kalinya dipakai oleh Engels, ketika Marx sudah meninggal. Dan nama “materialisme dialektis” dikemukakan pada tahun 1891 oleh pemikir Rusia yang bernama G. Plekhanov.
a.       Materialisme dialektis
Seperti semua Hegelian berhaluan kiri, Marx pun sangat mengagumi metode dialektika yang diintroduksikan Hegel ke dalam filsafat. Tetapi dialektika Hegel katanya berjalan pada kepalanya dan ia mau meletakkannya di atas kakinya. Maksudnya ialah bahwa pada Hegel dialektika adalah dealiktika ide dan ia mau menjadikannya dialektika materi. Untuk Hegel dan idealisme pada umumnya, alam merupakan buah hasil Roh, tetapi Marx dan Engels segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan buah hasil materi dan tidak sebaliknya. Dengan demikian Marx dan Engels memihak pada usaha Feurbach untuk mengganti idealisme dengan materialisme.
      Dengan menganut suatu materialisme yang bersifat dialektis, Marx dan Engels menolak materialisme abad ke-18 dan juga materialisme ilmiah dari abad ke- 19 yang kedua-duanya bersifat mekanistis. Meurut materialisme abad ke- 18 tidak ada perbedaan prinsipiil antara sebuah mesin dan satu makhluk hidup (termasuk manusia). Hanya dalam hal terakhir ini mekanisme adalah lebih pelik. Salah satu prinsip materialisme dialektis ialah bahwa perubahan dalam hal kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam hal kualitas. Itu berarti bahwa suatu kejadian pada taraf kuantitatif (misalnya pengintegrasian lebih rapat dari bagian-bagian materi) dapat menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiawo berasal dari kehidupan organis.

b.      Materialisme historis
Dengan suatu nama lain filsafat Marx dan Engels ditunjukkan pula sebagai “materialisme historis”. Dalam nama ini pun tampaklah pengaruh Hegel atas Marx dan Engels, sebab peranan sejarah dalam pemikiran mereka pasti diwarisi dari Hegel. Bukan saja kehidupan dan kesadaran manusia, melainkan juga seluruh sejarah manusia harus diartikan dengan cara materailistik. Seperti materialisme dialektis terutama dikerjakan oleh Engels, materialisme historis ini terutama dirancang oleh Marx sendiri.
      Disini pikiran dasar ialah bahwa arah yang ditempuh sejarah sama sekali ditentukan atau didetermunasi oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang materiil. Jika sebagai suatu contoh kita memilih pengolahan tanah, maka perkembangan sarana-sarana produksi adalah umpamanya: tugal, pacul, bajak, mesin. Biarpun sarana-sarana produksi sendiri merupakan buah hasil pekerjaan manusia. Menurut pendapat Marx, manusia memang mengadakan sejarahnya, tetapi ia tidak bebas dalam mengadakan sejarahnya. Sebagaimana juga materi sendiri, sejarah dan dideterminasi secara dialektis bukan secara mekanistis. [2]
Dalam buku Pemikiran Politik Barat karya Ahmad Suhelmi teori perjuangan kelas Marx seperti yang ditulis mereka dalam beberapa karyanya. Diantaranya, The Manifesto of the Communist Party dan The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte.


Manifesto of the Communist Party
Konsep perjuangan kelas Marx dapat dengan mudah ditelusuri dalam karyanya, ditulis bersama Engels, The Manifesto of the Communist Party (Manifesto Partai Komunis) dicetak Februari 1848. Mungkin, karya ini akan lebih tepat disebut pamphlet politik daripada buku ilmiah. Untuk waktu yang cukup lama, tulisan Marx dan Engels ini memperoleh popularitas luar biasa sejak pertama kali diterbitkan. Bagi kaum Marxis fanitik, tulisan ini telah menjadi ‘kitab suci’ disamping karya Marx yang lain, The Capital.
Pemikiran perjuangan kelas dikemukakan Marx dan Engels pada halaman pertama buku itu. Rumusan sederhana:
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan, dan pelayan, kepala serikat serikat dan para tukang, dengan kata lain, penekan dan yang ditekan, berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lainnya, dan berlangsung tanpa terputus”.  
            Dari kalimat-kalimat itu tersirat beberapa pemikiran penting Marx dan engels. Pertama, bahwa gagasan sentral dan yang ada di balik penyataan itu adalah fakta bahwa sejarah umat manusia diwarnai oleh perjuangan atau pertarungan di antara kelompok-kelompok manusia. Dan, dalam bentuknya yang transparan, perjuangan itu berbentuk perjuangan kelas. Perjuangan kelas ini menurut Marx bersifat permanen dan merupakan bagian inheren dalam kehidupan sosial. Perjuangan itu telah  terjadi sejak awal munculnya kelas-kelas sosial dalam masyarakat kuno.
           Kedua, pernyataan itu juga mengandung proposisi bahwa dalam sejarah perkembangan masyarakat selalu terdapat polarisasi. Suatu kelas hanya ada dalam posisi bertentangan itu tidak lain adalah kelas penindas dan kelas tertindas. Marx berpendapat bahwa dalam proses perkembangannya masyarakat akan mengalami perpecahan dan kemudian terbentuk dua blok kelas yang saling bertarung, kelas berjuasi kapitalis dan kelas ploretariat.[3]





[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Engels
[2] Prof. Dr. Kees Bertens, MSC. 1975. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
[3] Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar